You can't change anyone. You can't change your father, your mother, your wife, your brother, your sister, your son, your doughter,not even your boss!. Change yourself first!. Anonymous

Tuesday, 15 December 2009

Menanti Kiprah JK di Sulawesi

Ada  yang bilang Indonesia tidak akan maju, kalau orang-orang pintarnya hanya berkumpul di jakarta. Sepertinya pernyataan ini benar . Dulu,  di zaman Pak Harto, orang pintar, sepertinya hanya ingin  tinggal di jakarta. Banyak yang bilang, apa yang diharapkan di daerah?. Coba lihat, hal-hal ini ; sistem pemerintahanya sentralistik, tidak demokratis, semuanya diatur oleh pemerintah pusat, anggaran untuk pemda  sangat kecil, mengkritisi pemerintah pusat juga susah, dll. Wajar dong orang pintar maunya  di Jakarta, dekat Pak harto kali.  Sama juga mahasiswa dari daerah yang senangnya minta ampun ketika di terima di UGM, Undip, Unpad, ITB, ataupun UI. Terus, habis selesai kuliah? Balik? Kayaknya ngak tuh. Hampir semuanya malah serbu jakarta. Kalupun tidak tinggal di Jakarta, karena mahal cari rumah, paling tinggal dipinggiran jakarta, itu di Depok, Tangerang ataupun Bekasi. Yah, di Jabotabek. Tapi kerjanya tetap di jakarta. Nah , akhirnya yang paling maju , Jabotabek. Inipun masih awut-awutan.
Makanya, waktu kampanye pilpres yang lalu, waktu mendengar JK bilang akan pulang kampung ke Makasar, jika kalah, wah saya senang. Bukannya, senang JK akan kalah loh. Tapi senang dengan niatnya itu. Bukannya  apa-apa, karena sampai  sekarang, saya  belum pernah melihat dan merasakan sebuah contoh, keberhasilan pembangunan yang utuh pada satu daerah di Indonesia, apalagi kalau berharap  keseluruhan di setiap daerah di Indonesia. Maksudnya, kalau belum dapat melihat secara keseluruhan, yah ada satu daerahlah yang berhasil, dan dapat dijadikan contoh. Suatu daerah, yang sama dengan yang   kita lihat diluar. Masyarakat yang tertib, dengan sistem transportasi yang aman dan nyaman, sistem pendidikan yang berkualitas dan terjangkau, sistem asuransi yang menyeluruh bagi rakyat, taman-taman di pojok-pojok kota, pedisiran disetiap  ruas jalan, perpustakaan di setiap kelurahan, rumah sakit pemerintah disetiap kecamatan, gedung-gedung olahraga dan kreatifitas bagi anak-anak muda , pengelolaan sampah yang ramah lingkungan, birokrasi yang melayani dan bertanggung jawab,dll. Intinya walaupun tidak sama, yah lebih manusiawilah. Nah, entah kenapa ,saya berharap  ke sulawesi, khususnya Sulsel sekarang. Mengapa ? . Yah, karena disitu ada  JK sekarang, yang mungkin dapat membagi ide-idenya dalam skala yang lebih kecil tentunya.
Nah, dari berita di media, akhirnya  kita bisa lihat, JK menepati janjinya balik Ke Makasar.  JK disambut warga Makasar dengan gegap gempita, walau kalah tapi tetap di sambut sebagai pahlawan. Pahlawan demokrasi, kata mereka. Soal ini, tentu bukan hanya orang Sulawesi, tapi juga orang Indonesia di bagian pulau yang lainnya,  juga mengakui, si "lebih cepat lebih baik" memang orang yang demokratis.
kalau orang Sulawesi, menyambut gempita JK, tentu bukan tanpa ada sebabnya. Mereka pasti kangen, dan juga bangga. Kangen mungkin karena lebih dari 10 tahun ini, tepatnya setelah jaman reformasi, kehidupan JK diabadikan untuk kepentingan nasional, mulai dari kepala Bulog jaman Gusdur, Menko Kesra jaman Megawati, sampai wakil presiden jaman SBY, tentu prioritasnya skalanya  Indonesia kan?. Bangga, karena prestasi Jk selama menjabat, diakui oleh masyarakat, apalagi pas menjabat wakilnya SBY, sehingga ada tokoh masyarakat yang menyebutnya sebagai" The Real President". Walaupun JK, membetulkan, katanya yang benar yang benar  adalah  "The Real vice President", untuk membandingkan peranannya dengan wakil presiden yang lain yang hanya sebagai"ban serep" dari presiden-presiden sebelumnya.

http://bendeddy.files.wordpress.com/2009/07/jk-pulang-kampung.jpg

Posisi Jk, yang kuat di Sulawesi selatan, baik itu sebagai mantan wakil presiden, mantan ketua umun partai besar dan seorang pengusaha sukses, pasti lebih kuat dari seorang gubernur Sulsel sekalipun. Memanfaatkan kemampuan JK, bagi keberhasilan pembangunan di sulawesi umumnya dan sulsel khususnya sangat penting. Ini kesempatan emas saya pikir setelah JK melanglang buana di tingkat nasional. Bukan untuk membatasi JK, tapi sangat penting sekali jika JK benar-benar fokus pada satu daerah yang lebih kecil, untuk tujuan yang sangat besar. Menjadikan Sulawesi, khususnya Sulsel di zaman otonomi daerah ini, sebagai tempat berkiprahnya ide-ide JK yang selama ini ada dalam pemikirannya. Mengapa? Karena saya yakin ,Kita,  sebenarnya membutuh contoh, dalam skala sekecil apapun, bagaimana pembangunan seharusnya bisa benar-benar memberikan suatu manfaat bagi rakyatnya. Jika, kita susah melihat dalan skala yang besar, sebagai sebuah bangsa, Indonesia, merupakan sebuah kebahagian, yang teramat besar jika kita bisa melihatnya, walaupun itu dalam ukuran lingkup pemrintahan yang lebih kecil.
kemampuan JK yang teruji selama membantu SBY, sebagai wakil presiden, untuk saat ini perlu ditunjukan lagi di sulawesi, khususnya Sulsel. Saya percaya bahwa kemajuan Indonesia, di era otonomi daerah ini, dimana sistem yang sentralistik telah ditinggalkan, akan sangat ditentukan oleh, kemajuan -kemajuan yang dicapai oleh daerah. Kemajuan di Indoesia adalah rangkaian keberhasilan pemerintah daerah.
Akan sangat menarik jika suatu saat, Jakarta sebagai sebuah propinsi yang juga ibukota negara akan menjadikan sulawesi sebagai tempat untuk belajar dan juga bersaing bagaimana sebuah pembangunan dikelola. Akan sangat menawan, jika orang-orang Indonesia pergi ke Makasar daripada ke singapura atapun kuala lumpur, karena kenyaman dan keindahannya sama. Bisa?
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSC9_dN3dX_OsftYzXAcg0tx24h1sH-2337SlIMeHSZtdm5bFl6Nlm6B6c03eQz4O7JU9EU2Va2nYP7GepnZi32ONrQRmzkcvEnR3aiv7M1phAWuEaQ9YYur3yWvk59D1RmG6Pbj8eVfas/s400/Trans+Studio+World.jpg
Akan sangat disayangkan, bila JK yang mempuyai pengalaman birokrasi nasional, tokoh, dan pengusaha besar  tidak dimanfaatkan. Saya yakin, selama ini JK pasti telah memberikan perhatian yang besar bagi tanah kelahirannya, tapi mungkin waktunya habis untuk menyelesaikan hal yang bersifat nasional. Saya,walaupun bukan orang sulawesi, yakin, dengan baliknya JK ke tanah kelahiranya, Sulawesi, sulsel khususnya akan maju dalam 5 tahun ke depan. Melewati  Medan juga Surabaya. kalau tidak?. Bingung saya, kan ada Pak JK dengan ide-idenya yang bagus, juga ada masyarakat Sulsel yang sangat bersemangat, apalagi  dijaman otonomi daerah, dimana orang daerah  bisa bebas berinisiatif dan berkreasi. Sekali lagi,   Saya dan mungkin juga masyrakat  Indonesia yang lain, butuh satu contoh keberhasilan pembangunan yang utuh, walaupun itu   dengan   merangkai dari simpul-simpul yang kecil. Tanpa melupakan jakarta, sebagai ibukota negara, sepertiny kita tidak perlu terus menerus menghabiskan energi hanya untuk memandangi sepak terjang Istana dan para punggawanya.
catatan: gambar di ambil dari google

Thursday, 3 December 2009

Menjaga Kepercayaan



Tanggal 13 Mei 1998, merupakan hari yang mencekam bagi bangsa Indonesia. Banyak orang yang menjadi saksi bagaimana sebuah bangsa tergelincir dalam lubang besar yang penuh amarah dan darah. Sebuah kerusuhan yang terjadi sehari setelah 4 mahasiswa Universitas Trisakti terbunuh dalam aksi menentang pemerintahan suharto dan rezim orde barunya. Kerusuhan ini akan menjadi sejarah kelam, bagaimana sebuah bangsa porak-poranda, karena dipaksa untuk terus berada dalam sebuah sistem yang tertutup, otoriter dan korup. Pada hari itu, kita menyaksikan sebuah negara yang seperti tidak memiliki pemerintahan untuk mengatur dan menjaga keamanan masyarakatnya. Jalanan di Jakarta dan daerah pinggiran sekitarnya menjadi menjadi pusat kekuasaan untuk melakukan aksi-aksi pembalasan, mereka seperti ingin berkata "Sayalah penguasa, saya bebas melakukan apa saja, seperti engkau bebas melakukan apa saja  kepada kami, diatas kekuasan yang engkau miliki". Kekuasaan jalanan sehari itu, benar-benar membuat bangsa kita hancur. Gedung-gedung dijarah, disikat semua isi yang ada didalamnya, mobil-mobil di gulingkan, dihancurkan untuk kemudian  dibakar. Banyak orang yang terbunuh atau tewas terpanggang hidup-hidup di dalam pusat-pusat perbelanjaan. Banyak pula wanita yang mengalami pelecehan seksual, dirumah, gedung maupun di pingiran jalan. Semua seperti mimpi- mimpi buruk yang menjadi kenyataan. Hari itu, 13 mei 1998 adalah titik terendah kepercayaan masyarakat Indonnesia kepada pemerintahnya. Setelah itu tanggal 19 mei, ribuan mahasiswa mengepung gedung DPR, menuntut Suharto mundur. Dan pada tanggal 21 Mei 1998, Presiden Suharto terpaksa mengundurkan diri sebagai Presiden repubik Indonesia, karena hancurnya kepercayaan masyarakat atas kepemimpinan.
Lihat gambar ukuran penuh
  Kerusuhan Mei 1998
                                                 

Kepercayaan adalah dasar dari kepemimpinan, oleh karena itu tidak ada pemimpin yang boleh menghancurkan kepercayaan dari orang yang dipimpinnya, Kalau kepercayaan itu hancur, maka tamatlah riwayat kepemimpinan seseorang. Ada 3 kualitas yang harus menjadi teladan dari seorang pemimpin untuk membangun kepercayaan. Pertama adalah kemampuan, kedua adalah hubungan dan ketiga adalah Karakter/ kejujuran seseorang. Dalam kasus Pak Harto dan rezim orde barunya pada saat itu, ketiga hal ini tampaknya berlaku. Pertama, kemampuan pemerintahan orde baru selama lebih dari 30 tahun pemerintahannya untuk membangun kesejahteraan bagi seluruh rakyat indonesia, tidak tercapai. Kesejahteraan hanya dinikmati oleh sebagian kecil rakyat Indonesia, sehingga terjadilah ketimpangan sosial dimasyarakat. Kedua, pola hubungan yang terbangun antara pemerintah dan masyarakatnya terlalu kaku, tertutup dan tidak demokratis, dimana penguasa terlalu mengekang kebebasan bersuara  di masyarakat. Ketiga menyangkut karakter/ kejujuran pemerintahan pun bermasalah, terlalu banyak kasus-kasus KKN yang menyeruak yang mengusik rasa keadilan masyarakat, yang pada akhirnya merugikan pembangunan itu sendiri, seperti dimana pemerintah tidak mampu mengatasi krisis eonomi yang terjadi pada saat itu. Dari ketiga kualitas ini,  sebenarnya yang paling sunguh penting untuk membangun kepercayaan adalah Karakter. karakter adalah kejujuran yang ada di dalam diri kita. Keselarasan antara perkataan dan perbuatan. Peran karakter adalah sangat penting dalam naik atau turunyanya suatu bangsa. Sulit bagi kita untuk maju sebagai sebuah bangsa, hanya karena kita lebih pandai atau canggih, tanpa didukung oleh kekuatan dari dalam diri kita. Karakter membuat kepercayaan menjadi mungkin. Dan kepercayaan membuat kepemimpinan menjadi mungkin.




                                                     

Berpuluh tahun setelah reformasi, hal positif yang terbangun di Indonesia adalah pola hubungan antara pemerintah dan masyarakatnya yang semakin terbuka dan demokratis.  Namun harapan masyarakat untuk terbentuknya pemerintahan yang jujur dan bertanggung jawab, masih belum terwujud. Berpuluh tahun setelah pelajaran berharga itu, hari-hari ini kita masih terus bermain-main dengan kepercayaan masyarakat. Hidup kita, sebagai sebuah bangsa dari tahun-ketahun terus diisi dengan skandal-skandal kepecayaan pada berbagai level.  Ketidakpercayaan masyarakat terhadap polisi dan kejaksaan dalam penangan kasus Bibit-Chandra, merupakan suatu contoh yang sangat jelas. Setelah tekanan masyarakat yang deras atas kasus ini, jalan terang mulai terlihat. Namun setelah kasus heboh ini, kasus lain langsung menyergap rasa kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Kasus Bank century.Pada pemilu lalu, Presiden SBY terpilih sebagai presiden Indonesia dengan mengantongi lebih dari 60% suara masyarakat. Ini adalah kepercayaan yang luar biasa. Semoga kepercayaan ini tidak terus merosot, dengan berbagai skandal. Cara kerja kepercayaan , seperti yang dikatakan Jhon C. Maxwell, seorang ahli kepemimpinan seperti menaruh uang receh di dalam saku. Setiap pemimpin memiliki sejumlah uang receh tertentu dalam sakunya ketika ia baru memulai dalam sebuah jabatan kepemimpinan yang baru. Dari sejak itu, ia menambah uang recehnya atau mengeluarknya. Setiap kali membuat kepemimpinan yang baik, ia menaruh uang receh disakunya. Setiap kali membuat keputusan yang buruk, ia harus mengeluarkan uang recehnya. Jika ia terus-menerus membuat keputusan yang kurang baik, ia akan terus mengeluarkan uang recehnya. Kemudian suatu hari, setelah membuat keputusan buruk terakhir, ia harus mengambil uang disakunya dan menyadari bahwa ia telah kehabisan uang receh. Bahkan tidak peduli apakah perbuatan bodoh itu besar atau kecil. Ketika Anda kehabisan uang receh, anda diberhentikan menjadi seorang pemimpin. Semoga Pak SBY, tidak menyia-nyiakan uang recehnya. Masyarakat terlalu letih dengan skandal-skandal kepercayaan.