You can't change anyone. You can't change your father, your mother, your wife, your brother, your sister, your son, your doughter,not even your boss!. Change yourself first!. Anonymous

Thursday, 3 December 2009

Menjaga Kepercayaan



Tanggal 13 Mei 1998, merupakan hari yang mencekam bagi bangsa Indonesia. Banyak orang yang menjadi saksi bagaimana sebuah bangsa tergelincir dalam lubang besar yang penuh amarah dan darah. Sebuah kerusuhan yang terjadi sehari setelah 4 mahasiswa Universitas Trisakti terbunuh dalam aksi menentang pemerintahan suharto dan rezim orde barunya. Kerusuhan ini akan menjadi sejarah kelam, bagaimana sebuah bangsa porak-poranda, karena dipaksa untuk terus berada dalam sebuah sistem yang tertutup, otoriter dan korup. Pada hari itu, kita menyaksikan sebuah negara yang seperti tidak memiliki pemerintahan untuk mengatur dan menjaga keamanan masyarakatnya. Jalanan di Jakarta dan daerah pinggiran sekitarnya menjadi menjadi pusat kekuasaan untuk melakukan aksi-aksi pembalasan, mereka seperti ingin berkata "Sayalah penguasa, saya bebas melakukan apa saja, seperti engkau bebas melakukan apa saja  kepada kami, diatas kekuasan yang engkau miliki". Kekuasaan jalanan sehari itu, benar-benar membuat bangsa kita hancur. Gedung-gedung dijarah, disikat semua isi yang ada didalamnya, mobil-mobil di gulingkan, dihancurkan untuk kemudian  dibakar. Banyak orang yang terbunuh atau tewas terpanggang hidup-hidup di dalam pusat-pusat perbelanjaan. Banyak pula wanita yang mengalami pelecehan seksual, dirumah, gedung maupun di pingiran jalan. Semua seperti mimpi- mimpi buruk yang menjadi kenyataan. Hari itu, 13 mei 1998 adalah titik terendah kepercayaan masyarakat Indonnesia kepada pemerintahnya. Setelah itu tanggal 19 mei, ribuan mahasiswa mengepung gedung DPR, menuntut Suharto mundur. Dan pada tanggal 21 Mei 1998, Presiden Suharto terpaksa mengundurkan diri sebagai Presiden repubik Indonesia, karena hancurnya kepercayaan masyarakat atas kepemimpinan.
Lihat gambar ukuran penuh
  Kerusuhan Mei 1998
                                                 

Kepercayaan adalah dasar dari kepemimpinan, oleh karena itu tidak ada pemimpin yang boleh menghancurkan kepercayaan dari orang yang dipimpinnya, Kalau kepercayaan itu hancur, maka tamatlah riwayat kepemimpinan seseorang. Ada 3 kualitas yang harus menjadi teladan dari seorang pemimpin untuk membangun kepercayaan. Pertama adalah kemampuan, kedua adalah hubungan dan ketiga adalah Karakter/ kejujuran seseorang. Dalam kasus Pak Harto dan rezim orde barunya pada saat itu, ketiga hal ini tampaknya berlaku. Pertama, kemampuan pemerintahan orde baru selama lebih dari 30 tahun pemerintahannya untuk membangun kesejahteraan bagi seluruh rakyat indonesia, tidak tercapai. Kesejahteraan hanya dinikmati oleh sebagian kecil rakyat Indonesia, sehingga terjadilah ketimpangan sosial dimasyarakat. Kedua, pola hubungan yang terbangun antara pemerintah dan masyarakatnya terlalu kaku, tertutup dan tidak demokratis, dimana penguasa terlalu mengekang kebebasan bersuara  di masyarakat. Ketiga menyangkut karakter/ kejujuran pemerintahan pun bermasalah, terlalu banyak kasus-kasus KKN yang menyeruak yang mengusik rasa keadilan masyarakat, yang pada akhirnya merugikan pembangunan itu sendiri, seperti dimana pemerintah tidak mampu mengatasi krisis eonomi yang terjadi pada saat itu. Dari ketiga kualitas ini,  sebenarnya yang paling sunguh penting untuk membangun kepercayaan adalah Karakter. karakter adalah kejujuran yang ada di dalam diri kita. Keselarasan antara perkataan dan perbuatan. Peran karakter adalah sangat penting dalam naik atau turunyanya suatu bangsa. Sulit bagi kita untuk maju sebagai sebuah bangsa, hanya karena kita lebih pandai atau canggih, tanpa didukung oleh kekuatan dari dalam diri kita. Karakter membuat kepercayaan menjadi mungkin. Dan kepercayaan membuat kepemimpinan menjadi mungkin.




                                                     

Berpuluh tahun setelah reformasi, hal positif yang terbangun di Indonesia adalah pola hubungan antara pemerintah dan masyarakatnya yang semakin terbuka dan demokratis.  Namun harapan masyarakat untuk terbentuknya pemerintahan yang jujur dan bertanggung jawab, masih belum terwujud. Berpuluh tahun setelah pelajaran berharga itu, hari-hari ini kita masih terus bermain-main dengan kepercayaan masyarakat. Hidup kita, sebagai sebuah bangsa dari tahun-ketahun terus diisi dengan skandal-skandal kepecayaan pada berbagai level.  Ketidakpercayaan masyarakat terhadap polisi dan kejaksaan dalam penangan kasus Bibit-Chandra, merupakan suatu contoh yang sangat jelas. Setelah tekanan masyarakat yang deras atas kasus ini, jalan terang mulai terlihat. Namun setelah kasus heboh ini, kasus lain langsung menyergap rasa kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Kasus Bank century.Pada pemilu lalu, Presiden SBY terpilih sebagai presiden Indonesia dengan mengantongi lebih dari 60% suara masyarakat. Ini adalah kepercayaan yang luar biasa. Semoga kepercayaan ini tidak terus merosot, dengan berbagai skandal. Cara kerja kepercayaan , seperti yang dikatakan Jhon C. Maxwell, seorang ahli kepemimpinan seperti menaruh uang receh di dalam saku. Setiap pemimpin memiliki sejumlah uang receh tertentu dalam sakunya ketika ia baru memulai dalam sebuah jabatan kepemimpinan yang baru. Dari sejak itu, ia menambah uang recehnya atau mengeluarknya. Setiap kali membuat kepemimpinan yang baik, ia menaruh uang receh disakunya. Setiap kali membuat keputusan yang buruk, ia harus mengeluarkan uang recehnya. Jika ia terus-menerus membuat keputusan yang kurang baik, ia akan terus mengeluarkan uang recehnya. Kemudian suatu hari, setelah membuat keputusan buruk terakhir, ia harus mengambil uang disakunya dan menyadari bahwa ia telah kehabisan uang receh. Bahkan tidak peduli apakah perbuatan bodoh itu besar atau kecil. Ketika Anda kehabisan uang receh, anda diberhentikan menjadi seorang pemimpin. Semoga Pak SBY, tidak menyia-nyiakan uang recehnya. Masyarakat terlalu letih dengan skandal-skandal kepercayaan.

No comments:

Post a Comment