You can't change anyone. You can't change your father, your mother, your wife, your brother, your sister, your son, your doughter,not even your boss!. Change yourself first!. Anonymous

Tuesday, 11 August 2009

Kepemimpinan Layang-Layang

Model kepemimpinan layang-layang di kemukakan CEO Kompas Gramedia, Agung adiprasetyo. Model ini sederhana konsepnya tapi luar biasa maknanya, khususnya bagi mereka yang baru bersentuhan dengan konsep-konsep kepemimpinan, mudah dimengerti, tidak membuat pusing.

Kepemimpinan menurut Agung seperti bermain layang-layang, menarik dan mengulur. Berkaitan dengan posisi kita sebagai pemimpin, terhadap orang yang kita pimpim, maka kita harus tahu kapan waktunya mengulur, kapan waktunya menarik. Kapan kita memberikan kebebasan kepada mereka untuk bergerak dengan ide mereka, kapan waktunya kita memberikan arahan. Karyawan tidak akan produktif jika terus diawasi dianggap seperti orang bodoh, tetapi berbahaya pula bila dibiarkan tanpa arahan. Terlalu ditarik layang-layang akan jatuh ditanah, terlalu diulur akan lepas ke awan.

Menurut Agung, agar layang-layang dapat terbang sesuai tujuan, maka seorang pemimpin harus tahu arah angin yang mampu menerbangkan layang-layang tinggi, kalau seorang pemimpin tidak tahu arah angin, layang-layang tidak akan terbang, hanya seonggok kertas dan kayu tipis berbujur.

Melekatkan model kepemimpin ini didalam kepala kita tentu tidak susah, siapapun kita di dunia ini, tampaknya tidak ada yang tidak mengenal permainan layang-layang, semua kita bisa memainkan layang-layang. Tapi, menarik-ulur layang-layang tentu berbeda dengan menarik ulur manusia, dinamikanya bukan antara satu benda hidup dengan benda mati, tapi benda hidup dengan benda hidup, begitu dinamis. Ada 2 prasyarat yang harus dipenuhi agar menarik-ulur manusia seperti mudahnya menarik layang-layang. Pertama manusia yang akan kita tarik ulur dalam dinamika kepemimpina kita harus kita tempatkan sebagai aset yang paling berharga, dalam organnisasi kita. Mereka harus terus dikembangkan kecerdasannya; kecerdasan intelektual, emotional dan spiritualnya. Agar mereka memiliki kemampuan teknis, keseimbangan jiwa dan pemahaman nilai-nilai yang positif. Kedua, kita sebagai pemimpin. Tidak akan mungkin, orang mau kita tarik-ulur (pengaruhi) kalau kita di mata mereka, bukan “siapa-siapa”. Siapa disini, tidak mengacu pada jabatan yang melekat pada diri kita, tapi mereka tahu tentang kapasitas kita , tahu tentang apa yang telah, sedang dan akan kita perbuat untuk mereka, tahu tentang visi kita, tahu tentang perubahan-perubahan yang akan kita lakukan dan tahu keuntungan yang akan mereka peroleh bersama kita.

No comments:

Post a Comment