You can't change anyone. You can't change your father, your mother, your wife, your brother, your sister, your son, your doughter,not even your boss!. Change yourself first!. Anonymous

Tuesday, 5 January 2010

Panggung kita, Panggung Merah Putih

Panggungnya  besar, berdiri diatas tanah yang sangat  luas. Di bangun sudah cukup lama, sehingga  banyak pendirinya yang  sudah tiada. Kini mereka ada di dunia lain. Disana, di surga. Warnanya  juga gagah. Merah dan putih. Katanya merah artinya berani, putih artinya suci. Diatas panggung bercokol Burung Garuda, burung tergagah didunia.

Dulu, sebelum panggung berdiri, tanahnya dikangkangi oleh orang-orang asing, orang dengan kulit  berbeda . Mereka datang dari jauh, dari benua yang berbeda. Mereka datang bukan untuk bersahabat, tapi menjajah, menghisap kekayaan melimpah yang ada di atas tanahnya. Dan juga menghina penghuninya.  jadilah mereka penghuni haram yang berkuasa.

http://jurnalistikuieu.files.wordpress.com/2008/08/merah-putih2.jpg


Tidak mudah untuk melempar orang haram  dari tanah itu. Begitu banyak kesedihan , tumpahan air mata , darah dan bahkan nyawa harus dipertaruhkan. Bukan puluhan, ratusan,  ribuaan nyawa, tapi jutaan nyawa harus melayang bersama semangat-semangat yang menggelora. Ketika, akhirnya mereka terlempar, Kesempatan akhirnya datang, berdirilah panggung merah putih. Bahagialah kita.

Namun kini,   ketika kita menatap panggung itu, warna terang yang memancarkan keberanian  dan kesucian itu seperti agak buram dan kelam. Seekor garuda gagah yang menatap, seperti  kehilangan   ketajaman, sayapnya pun  tak  mengepak. Dan, ada Awan-awan hitam diatasnya, yang seperti tidak bosan untuk selalu bersama.

Sedihnya, ditanah-tanah  yang lain, pangung-pangung terdekat kita telah semakin terang benderang,  warnanya semakin indah dan menawan. Menarik perhatian orang, padahal apa bedanya kita dengan mereka?. Bahkan, satu dari panggung lain itu sewajah kita. Dulu, banyak dari mereka belajar ke panggung kita. Kini?. Panggung itu telah semakin besar dan kuat  sehingga terkadang memandang sinis ke kita. Kenapa?. Karena banyak penghuni panggung kita lari ke atas panggung meraka. Menjadi pelayan-pelayanan mereka. Pelayan yang terhina dan sering disiksa.

Di panggung kita, panggung merah putih, ada penguasa juga rakyatnya. Sayangnya, para penguasa dari dulu sampai sekarang, tabiatnya hampir sama , tidak jauh berbeda. Besar di mulut dan otot sedang telingga dan hatinya banyak yang sudah copot. Mereka asyik sendiri, untuk saling pukul dan bersiasat, bermain untuk memuaskan sahwat.  Kemenangan adalah impian, kehancuran bagi yang dianggap lawan adalah kebahagian. Jadinya…, panggung itu benar-benar riuh rendah, penuh teriakan. Semua ingin bermain, semua ingin tampil, semua ingin terlihat. Dan untuk itu, segala cara adalah bukanlah tipu muslihat. Rakyatnya dimana?. Sedihnya, banyak yang terlempar  keluar panggung, terjerambat ke bawah , menjadi tumbal untuk menahan sudut-sudut tiang yang terus bergoyang, menahan beban para pemain diatasnya.

Dulu, lebih sepuluh tahun yang lalu, panggung itu hampir roboh, belum roboh. Kita tahu semua, mengapa panggung itu hampir roboh. Begitu banyak rasa sakit, kesedihan dan darah untuk menahan agar panggung itu tidak benar-benar roboh. Syukurnya,  kita memiliki anak-anak muda yang masih mampu menahanya.

jangan biarkan panggung kita roboh, kasihan anak-anak kita yang masih perlu berjalan jauh  untuk menatap masa depannya.  Jangan biarkan nasib mereka, menjadi bulan-bulanan dan hinaan penghuni panggung yang lain dimasa depan. Buatlah mereka bangga dengan kesadaran kita. Semoga kesadaran   yang utuh dan tulus menggengam pikiran dan hati kita  di awal tahun ini, sebagai penghuni panggung merah putih.

Foto diambil dari google






Pagi yang Ceria

Pagi itu begitu ceria,
Kusingkap kain gorden dipintu rumah, kubuka jendela yang ditutupinya. Angin pagi yang sejuk mengalir masuk menghembus ke badan secara perlahan. Kuhirup udara pertama yang menerpa diriku. Ah, begitu segar mengalir kedalam rongga-ronga dada. Perlahan kukeluarkan, kuhembuskan dengan penuh kehati-hatian. Hiliran angin berikutnya membelai wajah-wajah lesuh ini, seperti sebuah tamparan yang membangkitkan semangat. Ah, betapa segarnya udara hari ini menyambutku,  dipagi yang cerah  itu.
http://bonreve.files.wordpress.com/2009/01/232.jpg
kutatap taman  dipojok halaman. Pohon-pohon kecil berdaun hijau, tertetes embun pagi begitu indah dilihat. Kuncup-kuncup bunga berwarna, seperti  berlomba menampilakan keindahannya. Beberapa ranting pohon kecil itu terlihat patah, tampaknya hembusan angin yang kuat semalan telah membuat kekuatannya tak mampu bertahan dalam terpaan angin yang begitu kencang terdengar, menderu dalam cuaca yang tak bersahabat. Tapi berganti hari, cuaca berubah, kulihat keindahan yang menawan. patahan-patahan kecil ranting, tak mengangu indahnya bunga yang mulai merekah. Seekor, burung kecil secara tiba-tiba hinggap didahan  itu, betapa senang jiwa ini. Sepertinya mereka saling menyapa tentang kedamaian, dalam bahasa yang tak pernah kuketahui. Tapi siulan burung kecil itu, sedikitnya memberikan gambaran kegembiraan jiwa kecilnya.
Kutatap jalan kecil yang membelah rumah, terlihat laki-laki tua berbaju putih sedang berjalan, Ia tetanga sebelah rumah. Wajahnya dipagi ini begitu teduh, senyum tipis mengembang diwajahnya, sepertinya udara pagi ini telah menyapa jiwanya dengan begitu indah dan ramah. Digerakan tangannya kebawah lalu keatas sambil terus berjalan. Sekali-sekali kulihat kakinya diangkat keatas mengiringi  tanganya yang terus bergerak. Ia terus berjalan, berlalu, dengan senyumnya yang tak lepas, meninggalkan pandangan mataku, yang tertutup tembok halaman.
Sepertinya, tak hanya rongga dadaku, mataku, tapi telingaku pun, disajikan sebuah keindahan dipagi ini. Kudengar alunan musik merdu mengalun pelan, terbawa desiran angin menerpa telinggaku. Ah, begitu enak didengar. Suara biduanita, mengalun pelan menghentakjiwa yang ada didada ini. Oh, bagaimana laki-laki ini, yang biasanya tak terhentak oleh alunan lagu, merasakan hal lain di pagi ini. Lagu cinta itu membawa kedamaian lain didalam diri, mengusik-usik kesendirian, keterasingan yang kadang menyergap diantara laju kehidupan.
Pagi itu, sepertinya tak ingin kulepaskan, ingin Kurengkuh selama-lamanya. Menikmati rahmat Sang Pencipta . Di hari yang jauh dari kesibukan  pada waktu itu, ketika orang-orang mempunyai kesempatan untuk menikmati alam yang indah ini, dilangkah pertamaku dipagi itu, hamparan kebahagian ingin kupeluk dengan sekuat jiwa.
Namun panggilan kecil, menghentak pelan jiwaku. Sebuah suara kecil yang pasti tak asing bagiku. Perlahan kubergerak, melangkah memburu ke suara kecil itu. Kubuka pintu kamar, wajah kecil itu kulihat tersenyum, memanggil namaku ” ayah” katanya. Gadis kecil itu kurangkuh, kutarik  pelan kedalam dekapan dadaku. Kuangkat,dan bergerak pelan, kembali kedepan, kuingin ia menikmati kecerian pagi ini. Didalam dekapanku, kulihat wajah polos itu, sebuah senyum kecil, seorang gadis cilik, yang belum mengerti makna hidup ini sepertinya melengakapi kebahagian pagi ini.
Perlahan, kubuka gerbang mungil di depan halaman rumah, kuturunkan gadis kecil itu dari dekapan, agar ia berjalan. Kutuntun ia berjalan diatas jalan kecil berkerikil yang tertata rapih itu. Mukanya begitu ceria, di sepaknya beberapa sampah kecil yang menggangu jalannya. Tanggannya bergerak lincah kesana-kemari hendak menangkap  kupu-kupu kecil yang terbang dimukanya , tampaknya udara pagi yang sejuk mendorong segala kelincahannya. kutelusuri jalan ke depan, kurengkuh tangan kecil itu, kutunjuk sebuah bunga indah yang begitu mempesona didalam sebuah halaman berpagar besar rumah bercat biru. “Indah ayah, indah” Katanya sambil menunjuk bunga berwarna merah merekah itu.
Tiba-tiba, kring…kring sebuah bunyi menghentikan langkahku. Kusadar, langkah kaki ini terlalu ditengah. kutengok kebelakang, ah, sebuah sepeda kecil dengan seorang bocah diatasnya. Mukanya  yang agak hitam tersenyum, sepertinya ia sadar telah mengagetkan langahku. Balik ku tersenyum kepadanya. Kulihat puluhan koran diatas stang sepedanya, juga didalam tas mungil yang ada dipundaknya. Loper koran batinku. kupanggil dia “koran”. Ia pun menepi. “koran Pak?”  tanyanya. Aku mengganguk sambil menyebut sebuah surat kabar nasional yang biasanya kubaca. Kuberi uang, dan Ia memberikan surat kabar yang kuminta. Tangannya mengembalikan selembaran uang kumal dan sebuah recehan kecil pengembalian, kepalaku  menggelang. Ia terenyum, sambil mengucap terima kasih. Perlahan  sepeda itu menjauh, kutatapi punggung kecil itu mengayuh kembali sepedanya, sambil sekali terdengar suaranya yang berteriak koran..koran.
Terus berjalan, lalu kuseberangi jalan besar  diujung supermarket kecil itu. Langkahku  mengayun menuju sebuah taman. Kutarik tangan gadis kecil ku untuk duduk ditaman kota yang sederhana. Kulihat  sudah ada beberapa anak-anak kecil berlari-lari menikmati pagi yang cerah itu. Mereka begitu gembira. Berlari-lari riang, berkejaran, melompat dan tertawa ceria. Aku tersenyum.
Namun diantara harmoni jiwa di pagi itu, diantara senyum bahagia untuk si kecilku, diantara senyum -senyum bahagia melihat keceriaan anak-anak itu tetapa ada rasa gundah didada. Ah, apakah semua  dapat menikmatinya?. Batinku. Mengelitik rasa jiwa, mendorong berfikir tentang anak-anak  yang lain. Bukan hanya loper koran cilik itu, tetapi juga cerita lain yang lebih menyedihkan tentang anak-anak di panggung Merah putih ini. Panggung kehidupan meraka, masih menyisakan banyak kisah yang menyedihkan, tentang kesulitan, tentang kemiskinan. Mereka ada dimana-mana, diantara kita. Di desa maupun dikota. Batinku,  semoga ada kesadaran kita, kesadaraan bersama untuk tidak berfikir hanya tentang anak-anak saya, tapi juga anak-anak kita, anak-anak Indonesia. Semoga hari-hari mereka, adalah hari-hari yang ceria.
catatan: gambar dari google

Tuesday, 15 December 2009

Menanti Kiprah JK di Sulawesi

Ada  yang bilang Indonesia tidak akan maju, kalau orang-orang pintarnya hanya berkumpul di jakarta. Sepertinya pernyataan ini benar . Dulu,  di zaman Pak Harto, orang pintar, sepertinya hanya ingin  tinggal di jakarta. Banyak yang bilang, apa yang diharapkan di daerah?. Coba lihat, hal-hal ini ; sistem pemerintahanya sentralistik, tidak demokratis, semuanya diatur oleh pemerintah pusat, anggaran untuk pemda  sangat kecil, mengkritisi pemerintah pusat juga susah, dll. Wajar dong orang pintar maunya  di Jakarta, dekat Pak harto kali.  Sama juga mahasiswa dari daerah yang senangnya minta ampun ketika di terima di UGM, Undip, Unpad, ITB, ataupun UI. Terus, habis selesai kuliah? Balik? Kayaknya ngak tuh. Hampir semuanya malah serbu jakarta. Kalupun tidak tinggal di Jakarta, karena mahal cari rumah, paling tinggal dipinggiran jakarta, itu di Depok, Tangerang ataupun Bekasi. Yah, di Jabotabek. Tapi kerjanya tetap di jakarta. Nah , akhirnya yang paling maju , Jabotabek. Inipun masih awut-awutan.
Makanya, waktu kampanye pilpres yang lalu, waktu mendengar JK bilang akan pulang kampung ke Makasar, jika kalah, wah saya senang. Bukannya, senang JK akan kalah loh. Tapi senang dengan niatnya itu. Bukannya  apa-apa, karena sampai  sekarang, saya  belum pernah melihat dan merasakan sebuah contoh, keberhasilan pembangunan yang utuh pada satu daerah di Indonesia, apalagi kalau berharap  keseluruhan di setiap daerah di Indonesia. Maksudnya, kalau belum dapat melihat secara keseluruhan, yah ada satu daerahlah yang berhasil, dan dapat dijadikan contoh. Suatu daerah, yang sama dengan yang   kita lihat diluar. Masyarakat yang tertib, dengan sistem transportasi yang aman dan nyaman, sistem pendidikan yang berkualitas dan terjangkau, sistem asuransi yang menyeluruh bagi rakyat, taman-taman di pojok-pojok kota, pedisiran disetiap  ruas jalan, perpustakaan di setiap kelurahan, rumah sakit pemerintah disetiap kecamatan, gedung-gedung olahraga dan kreatifitas bagi anak-anak muda , pengelolaan sampah yang ramah lingkungan, birokrasi yang melayani dan bertanggung jawab,dll. Intinya walaupun tidak sama, yah lebih manusiawilah. Nah, entah kenapa ,saya berharap  ke sulawesi, khususnya Sulsel sekarang. Mengapa ? . Yah, karena disitu ada  JK sekarang, yang mungkin dapat membagi ide-idenya dalam skala yang lebih kecil tentunya.
Nah, dari berita di media, akhirnya  kita bisa lihat, JK menepati janjinya balik Ke Makasar.  JK disambut warga Makasar dengan gegap gempita, walau kalah tapi tetap di sambut sebagai pahlawan. Pahlawan demokrasi, kata mereka. Soal ini, tentu bukan hanya orang Sulawesi, tapi juga orang Indonesia di bagian pulau yang lainnya,  juga mengakui, si "lebih cepat lebih baik" memang orang yang demokratis.
kalau orang Sulawesi, menyambut gempita JK, tentu bukan tanpa ada sebabnya. Mereka pasti kangen, dan juga bangga. Kangen mungkin karena lebih dari 10 tahun ini, tepatnya setelah jaman reformasi, kehidupan JK diabadikan untuk kepentingan nasional, mulai dari kepala Bulog jaman Gusdur, Menko Kesra jaman Megawati, sampai wakil presiden jaman SBY, tentu prioritasnya skalanya  Indonesia kan?. Bangga, karena prestasi Jk selama menjabat, diakui oleh masyarakat, apalagi pas menjabat wakilnya SBY, sehingga ada tokoh masyarakat yang menyebutnya sebagai" The Real President". Walaupun JK, membetulkan, katanya yang benar yang benar  adalah  "The Real vice President", untuk membandingkan peranannya dengan wakil presiden yang lain yang hanya sebagai"ban serep" dari presiden-presiden sebelumnya.

http://bendeddy.files.wordpress.com/2009/07/jk-pulang-kampung.jpg

Posisi Jk, yang kuat di Sulawesi selatan, baik itu sebagai mantan wakil presiden, mantan ketua umun partai besar dan seorang pengusaha sukses, pasti lebih kuat dari seorang gubernur Sulsel sekalipun. Memanfaatkan kemampuan JK, bagi keberhasilan pembangunan di sulawesi umumnya dan sulsel khususnya sangat penting. Ini kesempatan emas saya pikir setelah JK melanglang buana di tingkat nasional. Bukan untuk membatasi JK, tapi sangat penting sekali jika JK benar-benar fokus pada satu daerah yang lebih kecil, untuk tujuan yang sangat besar. Menjadikan Sulawesi, khususnya Sulsel di zaman otonomi daerah ini, sebagai tempat berkiprahnya ide-ide JK yang selama ini ada dalam pemikirannya. Mengapa? Karena saya yakin ,Kita,  sebenarnya membutuh contoh, dalam skala sekecil apapun, bagaimana pembangunan seharusnya bisa benar-benar memberikan suatu manfaat bagi rakyatnya. Jika, kita susah melihat dalan skala yang besar, sebagai sebuah bangsa, Indonesia, merupakan sebuah kebahagian, yang teramat besar jika kita bisa melihatnya, walaupun itu dalam ukuran lingkup pemrintahan yang lebih kecil.
kemampuan JK yang teruji selama membantu SBY, sebagai wakil presiden, untuk saat ini perlu ditunjukan lagi di sulawesi, khususnya Sulsel. Saya percaya bahwa kemajuan Indonesia, di era otonomi daerah ini, dimana sistem yang sentralistik telah ditinggalkan, akan sangat ditentukan oleh, kemajuan -kemajuan yang dicapai oleh daerah. Kemajuan di Indoesia adalah rangkaian keberhasilan pemerintah daerah.
Akan sangat menarik jika suatu saat, Jakarta sebagai sebuah propinsi yang juga ibukota negara akan menjadikan sulawesi sebagai tempat untuk belajar dan juga bersaing bagaimana sebuah pembangunan dikelola. Akan sangat menawan, jika orang-orang Indonesia pergi ke Makasar daripada ke singapura atapun kuala lumpur, karena kenyaman dan keindahannya sama. Bisa?
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSC9_dN3dX_OsftYzXAcg0tx24h1sH-2337SlIMeHSZtdm5bFl6Nlm6B6c03eQz4O7JU9EU2Va2nYP7GepnZi32ONrQRmzkcvEnR3aiv7M1phAWuEaQ9YYur3yWvk59D1RmG6Pbj8eVfas/s400/Trans+Studio+World.jpg
Akan sangat disayangkan, bila JK yang mempuyai pengalaman birokrasi nasional, tokoh, dan pengusaha besar  tidak dimanfaatkan. Saya yakin, selama ini JK pasti telah memberikan perhatian yang besar bagi tanah kelahirannya, tapi mungkin waktunya habis untuk menyelesaikan hal yang bersifat nasional. Saya,walaupun bukan orang sulawesi, yakin, dengan baliknya JK ke tanah kelahiranya, Sulawesi, sulsel khususnya akan maju dalam 5 tahun ke depan. Melewati  Medan juga Surabaya. kalau tidak?. Bingung saya, kan ada Pak JK dengan ide-idenya yang bagus, juga ada masyarakat Sulsel yang sangat bersemangat, apalagi  dijaman otonomi daerah, dimana orang daerah  bisa bebas berinisiatif dan berkreasi. Sekali lagi,   Saya dan mungkin juga masyrakat  Indonesia yang lain, butuh satu contoh keberhasilan pembangunan yang utuh, walaupun itu   dengan   merangkai dari simpul-simpul yang kecil. Tanpa melupakan jakarta, sebagai ibukota negara, sepertiny kita tidak perlu terus menerus menghabiskan energi hanya untuk memandangi sepak terjang Istana dan para punggawanya.
catatan: gambar di ambil dari google

Thursday, 3 December 2009

Menjaga Kepercayaan



Tanggal 13 Mei 1998, merupakan hari yang mencekam bagi bangsa Indonesia. Banyak orang yang menjadi saksi bagaimana sebuah bangsa tergelincir dalam lubang besar yang penuh amarah dan darah. Sebuah kerusuhan yang terjadi sehari setelah 4 mahasiswa Universitas Trisakti terbunuh dalam aksi menentang pemerintahan suharto dan rezim orde barunya. Kerusuhan ini akan menjadi sejarah kelam, bagaimana sebuah bangsa porak-poranda, karena dipaksa untuk terus berada dalam sebuah sistem yang tertutup, otoriter dan korup. Pada hari itu, kita menyaksikan sebuah negara yang seperti tidak memiliki pemerintahan untuk mengatur dan menjaga keamanan masyarakatnya. Jalanan di Jakarta dan daerah pinggiran sekitarnya menjadi menjadi pusat kekuasaan untuk melakukan aksi-aksi pembalasan, mereka seperti ingin berkata "Sayalah penguasa, saya bebas melakukan apa saja, seperti engkau bebas melakukan apa saja  kepada kami, diatas kekuasan yang engkau miliki". Kekuasaan jalanan sehari itu, benar-benar membuat bangsa kita hancur. Gedung-gedung dijarah, disikat semua isi yang ada didalamnya, mobil-mobil di gulingkan, dihancurkan untuk kemudian  dibakar. Banyak orang yang terbunuh atau tewas terpanggang hidup-hidup di dalam pusat-pusat perbelanjaan. Banyak pula wanita yang mengalami pelecehan seksual, dirumah, gedung maupun di pingiran jalan. Semua seperti mimpi- mimpi buruk yang menjadi kenyataan. Hari itu, 13 mei 1998 adalah titik terendah kepercayaan masyarakat Indonnesia kepada pemerintahnya. Setelah itu tanggal 19 mei, ribuan mahasiswa mengepung gedung DPR, menuntut Suharto mundur. Dan pada tanggal 21 Mei 1998, Presiden Suharto terpaksa mengundurkan diri sebagai Presiden repubik Indonesia, karena hancurnya kepercayaan masyarakat atas kepemimpinan.
Lihat gambar ukuran penuh
  Kerusuhan Mei 1998
                                                 

Kepercayaan adalah dasar dari kepemimpinan, oleh karena itu tidak ada pemimpin yang boleh menghancurkan kepercayaan dari orang yang dipimpinnya, Kalau kepercayaan itu hancur, maka tamatlah riwayat kepemimpinan seseorang. Ada 3 kualitas yang harus menjadi teladan dari seorang pemimpin untuk membangun kepercayaan. Pertama adalah kemampuan, kedua adalah hubungan dan ketiga adalah Karakter/ kejujuran seseorang. Dalam kasus Pak Harto dan rezim orde barunya pada saat itu, ketiga hal ini tampaknya berlaku. Pertama, kemampuan pemerintahan orde baru selama lebih dari 30 tahun pemerintahannya untuk membangun kesejahteraan bagi seluruh rakyat indonesia, tidak tercapai. Kesejahteraan hanya dinikmati oleh sebagian kecil rakyat Indonesia, sehingga terjadilah ketimpangan sosial dimasyarakat. Kedua, pola hubungan yang terbangun antara pemerintah dan masyarakatnya terlalu kaku, tertutup dan tidak demokratis, dimana penguasa terlalu mengekang kebebasan bersuara  di masyarakat. Ketiga menyangkut karakter/ kejujuran pemerintahan pun bermasalah, terlalu banyak kasus-kasus KKN yang menyeruak yang mengusik rasa keadilan masyarakat, yang pada akhirnya merugikan pembangunan itu sendiri, seperti dimana pemerintah tidak mampu mengatasi krisis eonomi yang terjadi pada saat itu. Dari ketiga kualitas ini,  sebenarnya yang paling sunguh penting untuk membangun kepercayaan adalah Karakter. karakter adalah kejujuran yang ada di dalam diri kita. Keselarasan antara perkataan dan perbuatan. Peran karakter adalah sangat penting dalam naik atau turunyanya suatu bangsa. Sulit bagi kita untuk maju sebagai sebuah bangsa, hanya karena kita lebih pandai atau canggih, tanpa didukung oleh kekuatan dari dalam diri kita. Karakter membuat kepercayaan menjadi mungkin. Dan kepercayaan membuat kepemimpinan menjadi mungkin.




                                                     

Berpuluh tahun setelah reformasi, hal positif yang terbangun di Indonesia adalah pola hubungan antara pemerintah dan masyarakatnya yang semakin terbuka dan demokratis.  Namun harapan masyarakat untuk terbentuknya pemerintahan yang jujur dan bertanggung jawab, masih belum terwujud. Berpuluh tahun setelah pelajaran berharga itu, hari-hari ini kita masih terus bermain-main dengan kepercayaan masyarakat. Hidup kita, sebagai sebuah bangsa dari tahun-ketahun terus diisi dengan skandal-skandal kepecayaan pada berbagai level.  Ketidakpercayaan masyarakat terhadap polisi dan kejaksaan dalam penangan kasus Bibit-Chandra, merupakan suatu contoh yang sangat jelas. Setelah tekanan masyarakat yang deras atas kasus ini, jalan terang mulai terlihat. Namun setelah kasus heboh ini, kasus lain langsung menyergap rasa kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Kasus Bank century.Pada pemilu lalu, Presiden SBY terpilih sebagai presiden Indonesia dengan mengantongi lebih dari 60% suara masyarakat. Ini adalah kepercayaan yang luar biasa. Semoga kepercayaan ini tidak terus merosot, dengan berbagai skandal. Cara kerja kepercayaan , seperti yang dikatakan Jhon C. Maxwell, seorang ahli kepemimpinan seperti menaruh uang receh di dalam saku. Setiap pemimpin memiliki sejumlah uang receh tertentu dalam sakunya ketika ia baru memulai dalam sebuah jabatan kepemimpinan yang baru. Dari sejak itu, ia menambah uang recehnya atau mengeluarknya. Setiap kali membuat kepemimpinan yang baik, ia menaruh uang receh disakunya. Setiap kali membuat keputusan yang buruk, ia harus mengeluarkan uang recehnya. Jika ia terus-menerus membuat keputusan yang kurang baik, ia akan terus mengeluarkan uang recehnya. Kemudian suatu hari, setelah membuat keputusan buruk terakhir, ia harus mengambil uang disakunya dan menyadari bahwa ia telah kehabisan uang receh. Bahkan tidak peduli apakah perbuatan bodoh itu besar atau kecil. Ketika Anda kehabisan uang receh, anda diberhentikan menjadi seorang pemimpin. Semoga Pak SBY, tidak menyia-nyiakan uang recehnya. Masyarakat terlalu letih dengan skandal-skandal kepercayaan.

Wednesday, 23 September 2009

Lebaran di SRIT Tokyo


Lebaran tahun 2009, tampaknya menjadi lebaran yang paling meriah untuk warga indonesia yang ada di Tokyo jepang. Pertama bukan saja lebaran tahun ini jatuh pada hari minggu, tetapi juga karena bersamaan dengan libur panjang bagi warga Jepang, karena hari Senin, Selasa dan Rabu adalah hari libur bagi masyarakat Jepang.


Mengetahui lebaran yang jatuh pada hari Minggu dan diikuti libur panjang, maka dapat diperkirakan bahwa akan banyak warga Indonesia di Jepang yang akan sholat hari raya di SRIT( Sekolah Rakyat Indonesia Tokyo),karena itu, maka kami merencanakan untuk berangkat pagi hari untuk pergi ke SRIT. Jam 6 pagi, kami sudah berangkat dari rumah, menggunakan kereta Api, dari stasiun Totsuka di dekat rumah kami, menuju ke stasiun Meguro.Perjalan menuju ke stasiun terdekat dari SRIT yaitu stasiun Meguro, memerlukan perjalan sekitar 50 menit waktu tempuh. Seperti yang di duga ketika sampai distasiun Meguro, kerumunan masyrakat Indonesia begitu banya,. mereke berkelompok, bergerombol keluar stasiun Meguro. ada yang berjalan kaki, ada yang mengunakan bus, dan ada juga yang menggunakan taxi untuk sampai ke SRIT. Begitu sampai di SRIT, seperti yang kami perkirakan begitu banyak masyarakat Indonesia yang datang. Gedung dan halaman telah penuh dengan warga negara Indonesia yang akan melaksanaan sholat Ied bersama. Karena banyak orang yang hadir, maka shoat Ied ini harus dibagi menjadi 2 gelombang. Beruntung , bagi kami walaupun tidak dapat sholat di dalam gedung, tetapi tetap mendapat gelombang yang pertama untuk sholat yang dimulai tepat jam 8 , sedangkan gelombang kedua dimulai jam 10. Selesai sholat kami pergi ke Wisma Indonesia untuk acara halal bihalal dengan seluruh rakyat Indonesia yang ada di Tokyo. Di Rumah dubes Indonesia untuk jepang, acara hala bihalal diadakan. Begitu meriah dan sangat ramai, semua orang dapat menikmati dan menyantap opor ayam yang disediakan oleh panitia.Selamat hari raya lebaran, mohom maaf lahir dan batin

Thursday, 17 September 2009

Kesadaran bersama

http://hermit777.com/wp-content/uploads/2009/04/kesadaran.jpg

Di sebuah negara besar kita hidup. Sebuah negara yang mengalami masa perjuangan panjang untuk merebut harga dirinya, martabat dan hak-hak yang harus dimilikinya sebagai sebuah bangsa. Perjuangan yang panjang dari para pejuang, yang rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk sebuah kesucian tindakan. Ribuan bahkan mungkin jutaan jiwa yang harus terhempas dari kehidupan nyata. Tuhan maha tahu, Tuhan maha mendengar, siapa yang pantas berada ditanah besar itu.Tekad, keikhlasan dan perjuangan yang panjang, telah mendapat persetujuan dari sang pencipta untuk mendaptkan hasilnya. Sebuah kemerdekaan, akhirnya dicapai.
Rahmat terbesar bagi bangsa yang bernama Indonesia ini adalah kemerdekaan. hari-hari selanjutnya, setelah orang-orang yang tidak sepantasnya pergi dari tanah besar ini, kita menjadi penghuni yang merdeka, seharusnya.

Ketika kemerdekaan telah ditangan, dengan tekad untuk kesejahteraan dan kejayaan bangsa, hari-hari kita penuh tantangan. Tantangan yang begitu besar untuk merubah kemiskinan menjadi kemakmuran, kebodohan menjadi kepandaian, yah mengubah segala sesuatu yang tidak pantas menjadi pantas. mengubah sebuah negara yang di hina, karena terjajah menjadi sebuah negara terhormat.

Menjadikan negara ini terhormat, ternyata tidak semudah yang dicita-citakan. Ketika rejim berganti rejim, ketika sukarno dengan segala kelebihan dan kekurangannya, berganti dan bergulir ketangan Suharto, ketika Suharto dengan segala kelebihan dan kelemahannya harus mundur , ketika kita mendapatkan zaman besar yang kita sebut zaman reformasi.Ketika nyawa-nyawa mahasiswa harus melayang, ketika kekacauan melanda negeri ini ditahun 1998, apa yang seharusnya kita petik dari semua ini?.

Ketika tuhan mengizinkan bangsa ini, untuk dilelola oleh orang yang sepantasnya tentulah Tuhan tahu, bahwa mereka bukan saja berhak atas tanah itu, tetapi juga Tuhan tentu tahu, bahwa bangsa itulah yang akan membuat kemajuannya sendiri.


Nyatanya kesadaran kita, akan kerelaan Tuhan untuk memberikan tanah besar ini, tidak kita ketahui. Kesadaran kita masih semu, sebagai sebuah bangsa. Kesadaran kita ternyata hanyalah kesadaran pribadi, yang hanya berpihak kepada kesenangan kita sendiri. Kita, tampaknya selalu meletakan kenyamanan kita, kepentingan kita diatas segala-galanya. Demi kenyamanan pribadi, mata kita tertutup. Demi kenyamanan pribadi kita bersedia merusak orang lain Demi kenyamanan pribadi kita bersedia berkelahi di panggung yang luas ini.Demi kenyamanan pribadi, lihatlah mereka para penyelengara-penyelengara negara, yang seharusnya memimpin negeri ini, saling menjebak, menjatuhkan dan menghancurkan di hari-hari ini.

Yah tuhan, di bulan yang penuh hikmah ini, berikan kami pemimpin yang mampu membangun kesadaran bersama bagi kami. Pemimpin yang mencontohkan, pemimpin yang mampu membuang kenyamanannya pribadi demi kenyamanan seluruh rakyat Indonesia.

Menjaga” Kabinet Parpol Bersatu”

Hari-hari ke depan, Presiden SBY disela sela penuntasan pemerintahannya akan disibukan dengan rencana pembentukan Kabinet..Banyak harapan dikemukakan untuk pemerintahan mendatang, mulai dari perampingan,kabinet, pembatasan koalisi, sampai sosok calon seorang menteri. Melihat kenyataan dan kecendrungan politik yang semakin ramai, tampaknya harapan masyarakat agar kabinet mendatang dapat ramping dengan koalisi terbatas tampaknya sukar terwujud. Kabinet akan tetap besar dan cenderung mengarah pada berkumpulnya partai-partai besar didalam satu pemerintahan , kabinet seperti ini pantas disebut “ kabinet parpol bersatu,”

“Kabinet Parpol Bersatu”

yataan SBY yang membuka diri pada semua potensi bangsa dapat menjadi indikasi kemungkinan bergabungnyAda 3 alasan mengapa pemerintahan mendatang kemungkinan besar menjadi “Kabinet parpol bersatu”. Pertama kenyataan politik bahwa, banyak pihak yang berjasa dalam kemenangan SBY, tidak hanya Partai Demokrat, mitra koalisi, tetapi juga pendukung SBY lainnya, baik perorangan maupun organisasi massa. Kedua kecendrungan politik. Walaupun Partai Demokrat dan mitra koalisinya ( PKS, PAN, PKB dan PPP) mendapat kursi di parlemen sekitar 60%, tetapi tampaknya SBY dan Partai Demokrat, tidak dapat memandang sebelah mata apabila PDI dan Golkar, yang memiliki pengalaman panjang di parlemen, menjadi kekuatan oposisi. Di lain pihak gayung bersambut, sejumlah elit di dalam kedua partai tersebut mempunyai kecendrungan untuk masuk dalam pemerintahan.mendatang. Hal ini seperti sebuah pepatah pucuk dicinta ulam pun tiba. Perna kedua partai tersebut.
Lihat gambar ukuran penuh
   Gambar partai peserta pemilu 2009

Kabinet yang kuat dalam politik dan kerja

Strategi SBY untuk menciptakan stabilas politik pemerintahannya dengan merangkul partai diluar mitra koalisi, seharusnya diimbangi dengan penempatan orang yang tepat. Membuat kabinet yang gemuk dengan melibatkan banyak partai politik dengan alasan pertimbangan politis, hanya akan mengecewakan masyarakat karena hal ini dapat melemahkan peran kontrol dari parlemen terhadap pemerintah. Agar kekecewaan itu tidak bertambah, SBY harus mampu menjaga agar kabinetnya nanti diisi oleh sosok yang tepat, dengan tujuan.tidak hanya kuat secara politik itu, tetapi juga kuat dalam bekerja untuk kepentingan masyarakat. Berkaitan dengan hal ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan SBY dalam membentuk kabinetnya; pertama, sebaiknya penempatan menteri harus menjadi kewenangan penuh SBY, dalam arti partai-partai politik hanya menyediakan nama,calon menterinya sedangkan penempatannya adalah kewenangan penuh dari SBY. Hal ini terutama pada pemilihan menteri yang terkait dengan bidang perekonomian. Pengalaman di awal pemerintahan SBY-JK, dimana mereka harus merombak menteri koordinator perekonomian, menteri keuangan, menteri perindustrian dan menteri negara BUMN,karena kinerja dianggap tidak memuaskan harus menjadi pelajaran bagi SBY untuk menghindar dari tekanan partai politik dalam penempatan menteri dalam bidang-bidang ekonomi. .Kedua, SBY harus berani meminta calon yang dipilih untuk mundur dari jabatan struktural di partai. Ini untuk menghindari conflict of interest dan juga agar fokus dalam bekerja. Ketiga selain kriteria kapasitas, integritas dan akseptabilitas yang selalu disebut oleh SBY, perlu ditekankan juga kriteria change character. Sosok yang memiliki karakter perubah biasanya mempunyai kemampuan berhubungan dengan orang lain, berani bertindak dan cepat untuk mengambil sebuah keputusan. Sosok seperti JK, tampaknya di perlukan dalam kabinet SBY-Budiono mendatang. Keempat proses uji kepatutan dan kelayakan, untuk memahami visi seorang menteri harus dilakukan sunguh-sunguh. Ada kontrak kerja yang jelas dan tertulis. Apabila seorang menteri dalam waktu satu tahun tidak dapat melakukan perubahan sesuai dengan kontrak politik, presiden harus mengantinya.


Kesimpulan

Harapan masyarakat akan terbentuknya kabinet ramping yang terdiri dari koalisi partai yang terbatas tampaknya sulit terwujud..SBY agaknya akan merangkul partai besar diluar mitra koalisinya seperti Golkar dan PDIP untuk menciptakan stabilitas politik dalam pemerintahanya. Satu-satunya harapan masyarakat terhadap kabinet yang akan dibentuk adalah pada sosok menteri yang akan dipilih SBY. Walaupun pintu-pintu masuk untuk menjadi seorang menteri banyak dan tidak diharamkan, tetapi seharusnya orang-orang yang masuk harus seragam yaitu berkualitas dan bersedia untuk mengabdi kepada kepentingan bangsa. Kepercayaan masyarakat terhadap SBY dalam pemilu yang lalu harus dibalas dengan kearifan kepemimpinan SBY.